Sunday, January 20, 2008

Menyongsong Babak Final Zaman

Kesadaran bahwa kita merupakan Ummat Akhir Zaman atau The Last of Mankind Living in the End of Time merupakan perkara penting. Sebab hal ini akan membawa kita pada keyakinan bahwa Hari Akhir telah dekat kedatangannya. Bahkan Allah Ta’ala berfirman sebagai berikut: "Manusia bertanya kepadamu tentang hari akhir. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari akhir itu hanya di sisi Allah."Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari akhir itu sudah dekat waktunya.” (QS Al-Ahzab 63)

Dan Rasulullah saw sendiri bersabda: “Aku diutus sebelum kedatangan Hari Akhir sebagaimana jari telunjuk ini mendahului jari tengahku. ” (HR Muslim 4141)

Rasulullah saw menjelaskan kepada kita sejak 15 abad yang lalu bahwa Ummat Islam yang hidup di Era Akhir Zaman ini akan mengalami perjalanan sejarah yang mengandung lima babak.

“1. Babak Kenabian akan berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
2. Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
3. Kemudian babak Raja-raja yang menggigit berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
4. Kemudian babak Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator) berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
5. Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian kemudian Nabi diam.” (HR Ahmad 17680)

Hadits ini menguraikan Ringkasan Perjalanan Sejarah Ummat Islam yang terdiri dari lima babak sebagai berikut:
Babak I=> Kenabian
Babak II=> Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian
Babak III=> Raja-raja yang Menggigit
Babak IV=> Raja-raja yang Memaksakan kehendak (diktator)
Babak V=> Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian

Babak pertama atau babak Kenabian adalah masa di mana ummat Islam langsung dipimpin oleh Nabiyullah Muhammad saw secara langsung. Babak ini berlangsung singkat yaitu 23 tahun (13 tahun Sebelum Hijrah hingga 10 Hijriah), tidak sampai seperempat abad lamanya. Tetapi ia merupakan masa yang singkat namun diberkahi Allah Ta’ala. Ketika Nabi saw baru diutus pada usia 40 tahun jazirah Arab sedang tenggelam di dalam nilai-nilai zhulumat al-jaahiliyyah (kegelapan nilai-nilai jahiliah). Sementara tatkala Nabi saw wafat pada usia 63 tahun telah terjadi transformasi sosial secara total sehingga jazirah Arab menjadi bersinar di bawah naungan Nurul Islam (Cahaya Ajaran Allah Ta’ala Al-Islam). SubhaanAllah. Babak pertama sudah berlalu, saudaraku.

Babak kedua atau babak Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian adalah masa di mana setelah wafatnya Nabi Muhammad saw ummat dipimpin oleh para sahabat mulia yang dijuluki Khulafaa Ar-Rasyidin (para khalifah yang jujur, adil dan istiqomah mengikuti Allah dan RasulNya). Masa ini ditandai kepemimpinan sahabat-sahabat utama, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khattab, Ustman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Tholib radhiyAllahu ‘anhum ajmaa’iin (semoga Allah meridhai keempatnya tanpa kecuali). Babak ini juga berlangsung singkat yaitu 30 tahun (tahun 10 H hingga 40 H), seperempat abad lebih sebagaimana prediksi Nabiyullah Muhammad saw: “Era Al-Khilafah di dalam ummatku berlangsung tugapuluh tahun, kemudian sesudah itu muncullah era kerajaan demi kerajaan.” (HR At-Tirmidzi 2152). Babak kedua sudah berlalu, saudaraku.

Kemudian muncullah babak ketiga atau babak kepemimpinan Raja-raja yang Menggigit. Ia adalah masa di mana ummat Islam dipimpin dengan pola kerajaan selama masa yang cukup lama yaitu sejak tahun 40 H hingga tahun 1342 H atau sekitar 14 abad, tepatnya selama 1302 tahun. Babak ini terutama ditandai dengan berdirinya tiga kerajaan Islam besar-besar yaitu Daulat Bani Umayyah lalu Daulat Bani Abbasiyyah kemudian Kesultanan Utsmani Turki yang di dalam berbagai kitab sejarah dunia (barat) lebih dikenal dengan The Ottoman Empire.
Mengapa pada masa ini para pemimpin ummat dijuluki oleh Nabiyullah Muhammad saw sebagai “para raja yang menggigit”, padahal ummat masih menyebut mereka sebagai khalifah, institusi negara Islam masih bernama khilafah dan Al-Qur’an serta Sunnah Nabi saw masih dijunjung tinggi? Karena ketika itu suksesi pergantian kepemimpinan seorang khalifah kepada khalifah berikutnya menggunakan pola keturunan alias pola kerajaan. Sementara disebut “menggigit” karena para raja tersebut “menggigit” Al-Qur’an dan Sunnah, turun sedikit kualitasnya dibandingkan babak sebelumnya di mana para Khulafaa Ar-Rasyidin “menggenggam” Al-Qur’an dan Sunnah secara kuat dan mantap. Oleh karenanya, babak ketiga ini jelas babak yang lebih buruk daripada babak kedua. Namun ia masih jauh lebih baik daripada babak keempat, sebab setidaknya ia masih mampu memelihara ummat Islam berada di dalam satu kesatuan Jama’atul Muslimin yang tunggal dengan wilayah geografis Daulah Islamiyyah yang tunggal serta kepemimpinan yang memiliki otoritas tunggal. Pada masa ini tidak ditemukan kasus perbedaan penetapan tanggal jatuhnya hari Raya Idul Fitri, karena masih ada Final Decision Maker yang menyelesaikan berbagai perbedaan hasil ru’yatul hilal yang muncul di tengah ummat. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Babak ketigapun sudah berlalu dan menjadi sejarah, saudaraku.

Setelah perjalanan sejarah Ummat Islam melalui babak pertama, kedua dan ketiga, maka Nabiyullah Muhammad saw selanjutnya memberitakan akan datangnya babak keempat yaitu babak kepemimpinan Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator). Ini adalah babak yang diawali semenjak runtuhnya kekhalifahan kesultanan Ustmani Turki pada tahun 1924 atau 1342 H. Babak ini ditandai dengan runtuhnya kesatuan Ummat Islam dengan kesatuan wilayah dan kepemimpinannya. Ummat Islam menjalani kehidupan laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Dunia Islam terurai menjadi kepingan-kepingan negeri yang memiliki arah dan sistem beraneka jenis yang pada umumnya jauh dari arah dan sistem Islam. Mulailah dunia memiliki para pemimpin dan penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Nasionalisme dan sekularisme menjadi dominan pada tataran kehidupan sosial-kemasyarakatan, sementara identitas dan ideologi Islam cenderung dilokalisasi pada tataran kehidupan individual semata.

Pada babak keempat ummat Islam menjalani the darkest ages of the Islamic history (masa paling kelam dalam sejarah Islam). Ini sudah merupakan skenario Ilahi dalam rangka menyadarkan kita akan benarnya firman Allah Ta’ala sebagai berikut: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS Ali Imran ayat 140)

Ada harinya orang-orang beriman mengalami kejayaan dan memiliki peradaban yang kuat, sementara ada harinya mereka merasakan kekalahan, keterpurukan dan ketidak-jelasan peradaban. Ada pula harinya orang-orang kafir berjaya, memiliki peradaban bahkan berlaku semena-mena dan ada harinya mereka keok, kalah serta tidak berdaya menyebarluaskan budaya maksiat dan kekufurannya. Itulah sunnatullah yang mesti berlaku dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Yang penting bagi kita adalah setelah menyadari kita berada pada posisi terpuruk sekarang ini seyogyanya kita bersungguh-sungguh memelihara kesabaran dan konsistensi (istiqomah) dalam menjalankan kehidupan berpandukan ajaran Islam. Kita tidak mungkin banyak berharap dalam situasi di mana para sedang merajalela menguasai dunia dewasa ini. Kondisi ini bahkan telah dinubuwwahkan oleh Rasulullah saw melalui berbagai tanda-tanda Akhir Zaman yang begitu banyak bermunculan di era kita sekarang ini.

Bahkan jika kita cermati hadits mengenai perjalanan sejarah Ummat Islam riwayat Imam Ahmad di atas sudah sepatutnya kita mengembangkan optimisme –selain sabar dan istiqomah- karena babak keempat bukanlah babak final perjalanan nasib ummat Islam. Masih ada satu babak lagi yang perlu dijemput oleh ummat Islam. Itulah babak kelima di mana bakal tegak kembali era kepemimpinan orang-orang sekaliber Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, yaitu Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Suatu era yang barangkali tidak terbayangkan bagi siapapun yang telah begitu dahsyat terperangkap dalam kesenangan menipu babak keempat sekarang ini. Era yang sudah pasti dinantikan oleh setiap muslim-mu’min yang merindukan tegakknya keadilan dan kejujuran hakiki.

Marilah kita persiapkan diri seoptimal mungkin untuk menghadapi babak final, babak kelima tersebut. Mari kita kenali, fahami dan persiapkan diri menghadapi Tanda-tanda Akhir Zaman yang bakal memenuhi panggung sandiwara dunia di masa peralihan babak keempat menuju babak kelima Ummat Akhir Zaman ini. Pastikan keberfihakan kita kepada Imam Mahdi dan Nabiyullah Isa Al-Masih as. Pastikan penolakan kita masuk ke dalam
pasukan para penguasa diktator babak keempat apalagi ke dalam pasukan Dajjal, fitnah terbesar di Akhir Zaman kata Nabi saw.

Ibarat sebuah film, dunia saat ini telah berada pada episode menjelang The End. Bayangkan, sudahlah kita dijuluki Ummat Akhir Zaman, lalu dari lima babak perjalanan Ummat Akhir Zaman yang beriman ini, kita berada di babak keempat pula. Berarti, kita wajib mempersiapkan diri menyongsong babak final Akhir Zaman. Masa transisi dari babak keempat menuju babak kelima kata Nabi saw bakal diwarnai banyak ujian dan fitnah yang kian menghebat sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai era Huru-hara Akhir Zaman.

Tidak ada sutradara manapun yang menulis skenario untuk mengecewakan para penonton. Sutradara selalu memastikan bahwa jagoan atau the Good Guys keluar sebagai pemenang atas para penjahat (the Bad Guys). SubhaanAllah, apalagi Allah Ta’ala, sebaik-baiknya Penulis Skenario. Pastilah Allah berrencana memenangkan tentaraNya atas tentara Dajjal atau hizbusy-syaithan. Namun, sebagaimana semua film pada umumnya, mustahil jagoan menang sebelum melalui episode yang paling seru dan dahsyat. Artinya, mustahil babak kelima akan datang bila Ummat Islam berharap mencapainya sekedar dengan berjalan melalui taman-taman bunga. Sudah sewajarnya bilamana peralihan babak keempat menuju babak kelima melewati bukit-bukit berbatu dan jurang-jurang curam diwarnai deraian airmata bahkan sangat mungkin bersimbah darah. Sebab mustahil para penguasa diktator babak keempat akan menyerahkan begitu saja kepemimpinan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh kecuali melalui sebuah perlawanan yang keras. Satu hal yang pasti, masa transisi itu mustahil sekedar melalui meja perundingan, apalagi sekedar melalui permainan pertarungan “kotak suara”.
Wallahu ‘alam bish-shawwaab.

sumber: disarikan dari Khutbah Iedul Fitri 1428H oleh Muhammad Ihsan Arlansyah Tandjung, Lapangan Kompleks Pelni, Cimanggis, Depok. 1 Syawwal 1428H/Oktober 2007 yang dipublikasikan di http://groups.google.com/group/dreamfriend-pomosda

No comments: